yang dicari di blog ini

Senin, 28 Desember 2009

Software Muslim

Kumpulan software HP symbian ada di sini:
1. Software terjemah al-Qur'an 30 Juz dalam Bahasa Indonesia download di sini free
2. Belajar tajwid dengan tulisan warna dan terjemahnya bisa didownload di sini berbayar
3. Download menguak rahasia perintah dan larangan Tuhan berbayar
4. Listen audio zikir asmaul husna klik di sini
5. Complete Al-Qur'an klik di sini
6. Kisah teladan untuk pelajaran kita dan anak kita bisa didownload di sini free
7. Pocket al-Qur'an bisa diklik di sini free
8. Software azan free
9. Terjemah Al-Qur'an lengkap klik di sini free
10. Sejarah Nabi Muhammad saw klik di sini berbayar
11. Paket Hadits buka link ini berbayar
12. Asmaul Husna di HP klik di sini free
13. Azan Time buka link ini free
14. Smart Prayer klik aja
15. Doa harian buka link ini aja
16. Menghitung zakat atau kalkulator zakat klik di sini free
17. Download hadits arba'in
18. Waktu azan buka aja di sini
19. Manasik Haji dan Umroh klik link ini
20. Software index Al-Qur'an ini saya rasa cocok untuk seorang muslim yang ingin mendalami Islami dengan mempelajari al-Qur'an. silahkan download gratis di sini!

Terima kasih telah mambuka site ini. Semoga bermanfaat dan menjadi jalan dakwah untuk kita semua. Amin.

Sabtu, 26 Desember 2009

24 Kode Rahasia Nokia

Lihat 24 Kode Rahasia Nokia

Jumat, 18 Desember 2009

Key function

Jika anda bekerja dengan Ms Office, agar lebih cepat dalam bekerja, berikut saya kasih sedikit keywordnya.

Senin, 14 Desember 2009

INTERNETAN MURAH DARI TELKOMSEL

Buat komunitas pengguna kartu telkomsel ada program TELKOMSEL MOBILE KAMPUS DAN TELKOMSEL SCHOOL

Dg bergabung di telkomsel komunity dapat beberapa kemudahan

Untuk pengguna kartu AS dapetin kemudahan:
SMS Rp35 ke seluruh nmor tsel
NELPON Rp4/detik ke seluruh nmor tsel
MMS Rp350/mms
GPRS Rp1/kb
Dan masih banyak keuntungan lainnya...
Murah kan....??
Cara daftar ketik: SEKOLAHspasiKODE ID krim ke 4545 KABAR GEMBIRA!!! program student community kartu as diperpanjang lagi sampe 2010. Tpi keuntungan tarifnya udah berubah dn udh gak kaya dlu lgi yg tarif smsnya 35/sms, nelpon 4/detik. sekarang tarifnya berubah menjadi 50/sms dn nelpon 8/detik.

Klo tmen2 kesulitan melakukan registrasi, kmungkinan kapasitas membernya sdh penuh atau mungkin sdg terjadi kepadatan jaringan. dicoba terus dijam2 tdk sibuk dan pke id skul yg kira2 masih kosong. Tpi ingat! program id skul ini sdh berlangsung lama kmungkinan kapasitasnya udh pada penuh, tpi jgn putus asa dlu.. krn mungkin aja ada member yg keluar jdi masih ada kesempatan bgi tmen2 yg ingin daftar. Saya saranksn jangan pake kode id yg SMP karena setahu sya berdasarkan loporan dari tmen2, tarifnya berlaku hanya ke sesama anggota saja bkn ke seluruh pelanggan telkomsel. Jadi pakenya kode id yg SMA aja. Bagi yg ingin keluar dari member dan ingin coba gabung ke komunitas skolah lain, cranya harus unreg terlebih dulu.. cranya ketik: UNREG(spasi)KODE ID yg dlu buat daftar kirim ke 4545

Promo terbaru untuk pengguna simPATI
"TELKOMSEL MOBILE KAMPUS"

Proram kusus untuk para mahasiswa yg pake simPATI, tpi yg bkn mahasiswa juga bisa daftar loh... Telkomsel mobile kampus - solusi mudah internet murah, gila gilaan murahnya...
kusus pengguna simPATI kini ada promo baru "Mobile Kampus"
Beberapa keuntungannya:
GPRS Rp1/kb
GPRS Rp0,2/kb utk pembelian paket flash 35MB
DISKON telkomsel flash 50%
Dan Gratis semua kemudahan di simPATIzone
Bisa dapet info lowongan kerja
Info beasiswa
10rb dapet 35MB
Dan masih banyak keuntungan lainnya...
Tarif sms dan telpon tetap normal

Cara beli paket flash diskon 50%, ketik:
FC ON 10000
Kirim ke 3636

Cara gabung di tsel mobile kampus, ketik:
KAMPUS spasi ID KAMPUS
Kirim ke 8888
Kode - kode id kampusnya silahkan dateng aja langsung ke gerai telkomsel.

PERHATIAN!
MOBILE CAMPUS COMMUNITY adalah program kusus bagi para pengguna kartu simPATI, jadi hanya yg pake kartu simPATI yg bisa mendaftar kususnya bagi para maha siswa yg demen internetan.
SCHOOL ID COMMUNITY adalah program kusus bagi para pengguna kartu AS kusunya bagi para pelajar SMP dan SMA.

Sabtu, 05 Desember 2009

Menikmati Persaingan

Sumber: Jurnal MQ - Edisi Mei 2002
KH. Abdullah Gymnastiar
Allah Azza wa Jalla adalah satu-satunya Dzat Yang Mahakuasa atas segala-galanya. Dengan kehendak-Nya, Dia ciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna kejadiannya. Setelah Allah selesai meniupkan ruh pada jasad Adam, iblis disuruh-Nya bersujud kepadanya. Tentu dalam arti, agar iblis menghormati dan memuliakannya dan ini menjadi bukti bahwa Allah Yang Maha Pengasih memang hendak memuliakan manusia, ketika itu dan hingga datang
yaumil akhir kelak.
Allah pun telah menitipkan satu potensi luar biasa yang insya Allah tidak dimiliki oleh mahluk-mahluk lainnya. Potensi itu adalah bersaing. Kita bisa melihat karunia Allah yang amat luar biasa ini sejak masa awal proses kejadian manusia di dalam rahim perempuan. Betapa satu ovum (sel
telur) diserbu oleh berjuta-juta sel spermatozoa, namun yang mampu membuahinya ternyata hanya satu sel spermatozoa saja. Tidak kurang, tidak lebih.

Artinya, janin bakal manusia tercipta di dalam rahim justru dari bibit paling unggul karena ia telah bersaing sangat ketat dan akhirnya berhasil mengalahkan jutaan pesaing tersebut. Padahal, Allah tentu tidak bermaksud sia-sia menciptakan berjuta-juta sel spermatozoa kalau hanya untuk tidak memiliki manfaat. Tentulah setiap sel itu memiliki potensi yang sama
kuatnya, sama tinggi kualitasnya, dan sama cepat gerakannya untuk sampai pada sang ovum dan membuahinya. Akan tetapi, subhanallah, persaingan memang harus terjadi dan hanya yang paling unggullah yang keluar sebagai pemenang.
Hikmahnya, bahwa manusia itu telah dibekali Allah potensi untuk menjadi yang terbaik. Bersaing pada hakekatnya adalah berjuang dan berikhtiar secara maksimal untuk mengungguli pihak-pihak lain yang mungkin memiliki hasrat dan keinginan lebih tinggi, potensi lebih mantap, kekuatan fisik dan mental lebih prima, taktik dan strategi lebih jitu, dan berbagai faktor kelebihan lainnya, dibandingkan dengan apa yang ada pada diri kita sendiri.

Unsur persaingan akan menjadi tidak lagi bermutu_bahkan bukan lagi bersaing namanya_ apabila pihak lawan diyakini lebih lemah, bahkan tidak memiliki potensi apa-apa. Bersaing seraya meyakini kemungkinan potensi lawan lebih tinggi, sehingga kita pun berupaya melipatgandakan tekad, keyakinan dan kemampuan, ini bisa dinamakan bersaing secara positif. Sebaliknya, bersaing seraya kita tahu bahwa potensi lawan lebih lemah, bahkan direkayasa secara tidak fair agar lawan menjadi lemah dan tidak punya daya apa-apa, ini bersaing secara negatif namanya.

Dengan demikian, kunci persaingan adalah sikap mental positif disertai semangat untuk berjuang sekuat-kuatnya dan berikhtiar mengerahkan segenap potensi yang ada semaksimal mungkin. Sebab, persaingan secara positif tidak bisa tidak akan melahirkan pemenang sejati dan sangat layak diberi predikat unggul.

Namun sayang, orang-orang yang berkarakter lemah dan bermental lembek seringkali menghindari persaingan atau bahkan menjalani persaingan dalam kondisi tidak sehat. Dalam kondisi semacam ini, persaingan paling sering menimbulkan kedengkian, busuk hati, dan sangat rindu akan kejatuhan pesaing-pesaingnya.

Tidak demikian halnya bagi orang-orang yang berpikir positif dan ingin meningkatkan kemampuan keunggulan. Bagi orang-orang semacam ini, pesaing adalah hal yang sangat penting dan harus ada agar bisa memompa kemampuan terbaik yang dimiliki. Maukah kita melakukan balap sepeda tanpa ada lawan? Tentu saja kita tidak akan menjadi juara, karena tak ada yang kalah, dan tidak ada kebanggaan karena jadi juara tanpa ada pesaing.
Tampaknya kebanggaan ini pun akan sama jeleknya atau bahkan tidak ada nilainya sama sekali, kalau kita ikut lomba balap karung tapi lawan yang dihadapi adalah anak-anak TK sementara kita bertubuh kekar dan kuat. Tentu saja, juara di sini tak bisa dibanggakan karena pesaingnya tidak sebanding dan jauh lebih lemah potensinya.

Lain halnya nilai kepuasan batin yang akan dirasakan jikalau pesaing kita adalah orang-orang yang hebat dan sudah terbiasa meraih juara, misalnya. Kendatipun kalah, kita tetap akan merasa puas karena telah memberikan yang terbaik untuk persaingan tersebut. Bahkan bisa jadi prestasi kekalahan kita melawan pesaing yang hebat itu jauh lebih bermutu dibandingkan jadi juara karena melawan pesaing yang lemah. Betapa tidak? Melihat prestasi
orang-orang yang sangat baik niscaya akan membuat kita terbakar untuk menjadi lebih baik di antara yang baik. Karena itu, kita harus senang melihat persaingan dengan sisi yang positif. Jangan rindu orang lain jatuh. Rindukanlah pesaing-pesaing kita berhasil menjadi juara pertama, kedua dan ketiga. Tetapi, kita harus menjadi juara umum. Juara di atas para juara akan
jauh lebih terhormat daripada menjadi juara di atas pesaing yang lemah dan tidak berdaya.

Jadi, lihatlah pesaing-pesaing kita dengan pemikiran yang positif. Pelajari keunggulan mereka tanpa harus disertai dengan kebencian, kedengkian dan kedendaman. Anggaplah mereka bagian dari karunia Allah berupa trigger, pemicu dan pemacu agar kita bisa lebih menjadi lebih bergairah dalam memompa kemampuan terbaik kita. Allah Maha Penolong. Tidak ada satu pun yang bisa menghalangi pertolongan-Nya kalau kita mampu memompa kemampuan optimal yang
telah Dia titipkan kepada hamba-Nya.

Jangan hanya bisa berpikir busuk, benci dan dendam kesumat. Jangan hanya bisa berhati kotor. Lebih baik manfaatkanlah persaingan itu untuk membuat kita bisa bergairah, berbuat lebih cepat, lebih hebat dan maksimal. Tiada Tuhan selain Allah yang Mahaadil. Kita akan kaget, betapa kita akan lebih maju justru setelah kita bersaing dengan cara yang baik. Rindu untuk menjadi pribadi muslim yang unggul dan terbaik di tengah-tengah manusia dan di hadapan Allah Azza wa Jalla adalah ciri seorang muslim yang menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari ummat terbaik yang insya Allah akan mengemban amanah Allah menjadi rahmatan lil 'alamiin. Bukankah Allah telah berfirman, Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar serta beriman kepada Allah (QS. Ali Imran [3]:110).

Semangat yang membakar dan menggelora di dalam dada untuk selalu berbuat lebih baik daripada hari-hari kemarin, melahirkan karya-karya prestatif dan bermutu, melakukan ikhtiar-ikhtiar yang paling maksimal dari apa yang bisa dilakukan, tidak bisa tidak, akan memberikan perubahan-perubahan diri yang sangat mengesankan setelah kita menggantungkan harapan kepada Allah Azza wa Jalla. Karena, sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra'du [13]:11). Insya Allah, pada gilirannya nanti kita akan termasuk orang yang ditingkatkan derajat kemuliaannya dalam pandangan Allah. Wallahu a'lam***

Nikmati Proses

K.H. Abdullah Gymnastiar

--------------------------------------------------------------------------------

Sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses. Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini ternyata adalah proses dan bukan hasil. Kalau hasil itu ALLOH yang menetapkan, tapi bagi kita punya kewajiban untuk menikmati dua perkara yang dalam aktivitas sehari-hari harus kita jaga, yaitu selalu menjaga setiap niat dari apapun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yang dilakukan, selebihnya terserah ALLOH SWT.

Seperti para mujahidin yang berjuang membela bangsa dan agamanya, sebetulnya bukan kemenangan yang terpenting bagi mereka, karena menang-kalah itu akan selalu dipergilirkan kepada siapapun. Tapi yang paling penting baginya adalah bagaimana selama berjuang itu niatnya benar karena ALLOH dan selama berjuang itu akhlaknya juga tetap terjaga. Tidak akan rugi orang yang mampu seperti ini, sebab ketika dapat mengalahkan lawan berarti dapat pahala, kalaupun terbunuh berarti bisa jadi syuhada.

Ketika jualan dalam rangka mencari nafkah untuk keluarga, maka masalah yang terpenting bagi kita bukanlah uang dari jualan itu, karena uang itu ada jalurnya, ada rizkinya dari ALLOH dan semua pasti mendapatkannya. Karena kalau kita mengukur kesuksesan itu dari untung yang didapat, maka akan gampang sekali bagi ALLOH untuk memusnahkan untung yang didapat hanya dalam waktu sekejap. Dibuat musibah menimpanya, dikenai bencana, hingga akhirnya semua untung yang dicari berpuluh-puluh tahun bisa sirna seketika.

Walhasil yang terpenting dari bisnis dan ikhtiar yang dilakukan adalah prosesnya. Misal, bagaimana selama berjualan itu kita selalu menjaga niat agar tidak pernah ada satu miligram pun hak orang lain yang terambil oleh kita, bagaimana ketika berjualan itu kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak, bagaimana ketika sedang bisnis benar-benar dijaga kejujuran kita, tepat waktu, janji-janji kita penuhi.

Dan keuntungan bagi kita ketika sedang berproses mencari nafkah adalah dengan sangat menjaga nilai-nilai perilaku kita. Perkara uang sebenarya tidak usah terlalu dipikirkan, karena ALLOH Mahatahu kebutuhan kita lebih tahu dari kita sendiri. Kita sama sekali tidak akan terangkat oleh keuntungan yang kita dapatkan, tapi kita akan terangkat oleh proses mulia yang kita jalani.

Ini perlu dicamkan baik-baik bagi siap pun yang sedang bisnis bahwa yang termahal dari kita adalah nilai-nilai yang selalu kita jaga dalam proses. Termasuk ketika kuliah bagi para pelajar, kalau kuliah hanya menikmati hasil ataupun hanya ingin gelar, bagaimana kalau meninggal sebelum diwisuda? Apalagi kita tidak tahu kapan akan meninggal. Karenanya yang paling penting dari perkuliahan, tanya dulu pada diri, mau apa dengan kuliah ini? Kalau hanya untuk mencari isi perut, kata Imam Ali, "Orang yang pikirannya hanya pada isi perut, maka derajat dia tidak akan jauh beda dengan yang keluar dari perutnya". Kalau hanya ingin cari uang, hanya tok uang, maka asal tahu saja penjahat juga pikirannya hanya uang.

Bagi kita kuliah adalah suatu ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita meningkat. Kita menuntut ilmu supaya tambah luas ilmu hingga akhirnya hidup kita bisa lebih meningkat manfaatnya. Kita tingkatkan kemampuan salah satu tujuannya adalah agar dapat meningkatkan kemampuan orang lain. Kita cari nafkah sebanyak mungkin supaya bisa mensejahterakan orang lain.

Dalam mencari rizki ada dua perkara yang perlu selalu kita jaga, ketika sedang mencari kita sangat jaga nilai-nilainya, dan ketika dapat kita distribusikan sekuat-kuatnya. Inilah yang sangat penting. Dalam perkuliahan, niat kita mau apa nih? Kalau mau sekolah, mau kuliah, mau kursus, selalu tanyakan mau apa nih? Karena belum tentu kita masih hidup ketika diwisuda, karena belum tentu kita masih hidup ketika kursus selesai.

Ah, Sahabat. Kalau kita selama kuliah, selama sekolah, selama kursus kita jaga sekuat-kuatnya mutu kehormatan, nilai kejujuran, etika, dan tidak mau nyontek lalu kita meninggal sebelum diwisuda? Tidak ada masalah, karena apa yang kita lakukan sudah jadi amal kebaikan. Karenanya jangan terlalu terpukau dengan hasil.

Saat melamar seseorang, kita harus siap menerima kenyataan bahwa yang dilamar itu belum tentu jodoh kita. Persoalan kita sudah datang ke calon mertua, sudah bicara baik-baik, sudah menentukan tanggal, tiba-tiba menjelang pernikahan ternyata ia mengundurkan diri atau akan menikah dengan yang lain. Sakit hati sih wajar dan manusiawi, tapi ingat bahwa kita tidak pernah rugi kalau niatnya sudah baik, caranya sudah benar, kalaupun tidak jadi nikah dengan dia. Siapa tahu ALLOH telah menyiapkan kandidat lain yang lebih cocok.

Atau sudah daftar mau pergi haji, sudah dipotret, sudah manasik, dan sudah siap untuk berangkat, tiba-tiba kita menderita sakit sehingga batal untuk berangkat. Apakah ini suatu kerugian? Belum tentu! Siapa tahu ini merupakan nikmat dan pertolongan dari ALLOH, karena kalau berangkat haji belum tentu mabrur, mungkin ALLOH tahu kapasitas keimanan dan kapasitas keilmuan kita.

Oleh sebab itu, sekali lagi jangan terpukau oleh hasil, karena hasil yang bagus menurut kita belum tentu bagus menurut perhitungan ALLOH. Kalau misalnya kualifikasi mental kita hanya uang 50 juta yang mampu kita kelola. Suatu saat ALLOH memberikan untung satu milyar, nah untung ini justru bisa jadi musibah buat kita. Karena setiap datangnya rizki akan efektif kalau iman kitanya bagus dan kalau ilmu kitanya bagus. Kalau tidak, datangnya uang, datangnya gelar, datangnya pangkat, datangnya kedudukan, yang tidak dibarengi kualitas pribadi kita yang bermutu sama dengan datangnya musibah. Ada orang yang hina gara-gara dia punya kedudukan, karena kedudukannya tidak dibarengi dengan kemampuan mental yang bagus, jadi petantang-petenteng, jadi sombong, jadi sok tahu, maka dia jadi nista dan hina karena kedudukannya.

Ada orang yang terjerumus, bergelimang maksiat gara-gara dapat untung. Hal ini karena ketika belum dapat untung akan susah ke tempat maksiat karena uangnya juga tidak ada, tapi ketika punya untung sehingga uang melimpah-ruah tiba-tiba dia begitu mudahnya mengakses tempat-tempat maksiat.

Nah, Sahabat. Selalulah kita nikmati proses. Seperti saat seorang ibu membuat kue lebaran, ternyata kue lebaran yang hasilnya begitu enak itu telah melewati proses yang begitu panjang dan lama. Mulai dari mencari bahan-bahannya, memilah-milahnya, menyediakan peralatan yang pas, hingga memadukannya dengan takaran yang tepat, dan sampai menungguinya di open. Dan lihatlah ketika sudah jadi kue, baru dihidangkan beberapa menit saja, sudah habis. Apalagi biasanya tidak dimakan sendirian oleh yang membuatnya. Bayangkan kalau orang membuat kue tadi tidak menikmati proses membuatnya, dia akan rugi karena dapat capeknya saja, karena hasil proses membuat kuenya pun habis dengan seketika oleh orang lain. Artinya, ternyata yang kita nikmati itu bukan sekedar hasil, tapi proses.

Begitu pula ketika ibu-ibu punya anak, lihatlah prosesnya. Hamilnya sembilan bulan, sungguh begitu berat, tidur susah, berbaring sulit, berdiri berat, jalan juga limbung, masya ALLOH. Kemudian saat melahirkannya pun berat dan sakitnya juga setengah mati. Padahal setelah si anak lahir belum tentu balas budi. Sudah perjuangan sekuat tenaga melahirkan, sewaktu kecil ngencingin, ngeberakin, sekolah ditungguin, cengengnya luar biasa, di SD tidak mau belajar (bahkan yang belajar, yang mengerjakan PR justru malah ibunya) dan si anak malah jajan saja, saat masuk SMP mulai kumincir, masuk SMU mulai coba-coba jatuh cinta. Bayangkanlah kalau semua proses mendidik dan mengurus anak itu tidak pakai keikhlasan, maka akan sangat tidak sebanding antara balas budi anak dengan pengorbanan ibu bapaknya. Bayangkan pula kalau menunggu anaknya berhasil, sedangkan prosesnya sudah capek setengah mati seperti itu, tiba-tiba anak meninggal, naudzhubillah, apa yang kita dapatkan?

Oleh sebab itu, bagi para ibu, nikmatilah proses hamil sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mengurus anak, pusingnya, ngadat-nya, dan rewelnya anak sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mendidik anak, menyekolahkan anak, dengan penuh jerih payah dan tetesan keringat sebagai ladang amal. Jangan pikirkan apakah anak mau balas budi atau tidak, sebab kalau kita ikhlas menjalani proses ini, insya ALLOH tidak akan pernah rugi. Karena memang rizki kita bukan apa yang kita dapatkan, tapi apa yang dengan ikhlas dapat kita lakukan. ***

Alat Ukur Keuntungan

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
ManajemenQolbu.Com : Ciri kapitalis itu dua. Pertama, dalam mencari keuntungan mereka tidak menggunakan tata nilai yang baik, mengeksploitir semuanya demi kepentingan diri dan konglomerasinya. Kedua, setelah mendapatkannya mereka kikir dan sibuk membesarkan dirinya.

Islam menghadirkan solusi, ada dua ciri profesional Muslim. Pertama, ketika mencarinya, sangat menjaga nilai-nilai, sehingga kalau dia mendapatkan sesuatu, dirinya lebih bernilai daripada yang dia dapatkan. Kalau dia mendapat uang, maka dia dihormati bukan karena uangnya, tapi karena kejujurannya. Kalau dia mempunyai jabatan, dia disegani bukan karena jabatannya, tapi karena kepemimpinannya yang bijak, adil dan mulia.

Kedua, setelah mendapatkannya dia distribusikan untuk sebesar-besar manfaat bagi kemaslahatan umat. Makin kaya, makin banyak orang miskin yang menikmati kekayaannya.

Kita seringkali menganggap bahwa keuntungan itu adalah finansial (uang), sehingga sibuk menumpuk harta kekayaan untuk bermewah-mewahan. Inilah di antaranya yang membuat bangsa kita hancur.

Firman Allah, "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung." (QS Al Jumu'ah [62]: 10).

Carilah karunia Allah, bukan uang. Sesungguhnya keuntungan itu tidak identik dengan uang. Walaupun tidak mendapatkan uang, jika niatnya lurus dan cara berikhtiarnya benar, maka kita sudah beruntung, Allah yang akan mendatangkannya suatu saat kelak.

Alat ukur keuntungan dalam berbisnis atau bekerja itu ada lima. Pertama, yang namanya untung itu adalah kalau apa yang kita lakukan menjadi amal shaleh. Walaupun belum (atau bahkan tidak) mendapatkan uang, tetapi jika telah berkesempatan menolong orang lain, meringankan beban orang lain, memuaskan pembeli atau melakukan apapun yang menjadi kebaikan di sisi Allah, maka semua itu sudah merupakan keuntungan.

Sebaliknya, bisnis narkoba, perjudian, dan prostitusi itu menghasilkan banyak uang, tetapi jangan pernah merasa beruntung kalau bisnis itu berkembang. Itu semua bukan keuntungan, melainkan fitnah karena akan mendapat kutukan dan laknat dari Allah.

Kedua, yang namanya untung adalah kalau apa yang kita lakukan itu bisa membangun nama baik (citra diri) kita. Jangan sampai kita mempunyai banyak uang, tetapi nama baik kita hancur, dikenal sebagai penipu, pendusta atau koruptor. Apalah artinya kita mempunyai banyak harta, tapi citra kita hancur sehingga istri dan anak-anak menjadi tercekam dan terpermalukan. Kekayaan kita bukan pada tempelan (uang, pangkat, jabatan), kekayaan kita harus melekat pada citra diri kita.

Ketiga, yang namanya untung adalah kalau apa yang kita lakukan itu bisa menambah ilmu, pengalaman, dan wawasan. Jika kita mempunyai banyak uang, tetapi tidak berilmu, sebentar saja bisa hangus uang kita. Tidak sedikit orang yang mempunyai uang, tetapi tidak memiliki pengalaman, sehingga mereka mudah tertipu. Sebaliknya, misalkan uang kita habis karena dirampok, kalau kita memiliki ilmu, pengalaman, dan wawasan, kita bisa mencarinya lagi dengan mudah.

Keempat, yang namanya untung adalah kalau apa yang kita lakukan itu bisa membangun relasi atau silaturahmi. Oleh karenanya, jangan pernah hanya karena masalah uang hubungan baik kita dengan orang lain menjadi hancur.
Setiap orang yang terluka oleh kita, dia akan menceritakan luka di hatinya kepada orang lain. Dan ini akan menjadi benteng yang memenjarakan, kita semakin kecil. Jangan mencari musuh, tapi perbanyak kawan. Kalau kawan sudah mencintai kita, mereka akan bersedia untuk membela dan berkorban untuk kita, setidaknya mereka akan menceritakan sesuatu yang baik tentang kita.

Kelima, yang namanya untung itu tidak hanya sekadar untuk mendapatkan manfaat bagi diri sendiri, tetapi apa yang kita lakukan itu justru harus banyak menguntungkan dan memuaskan orang lain.

Oleh karena itu, kalau kita sudah meyakini bahwa pembagi rezeki adalah Allah, maka bisnis kita bukan lagi dengan manusia, tetapi dengan Allah, penggenggam setiap rezeki.

Waspadalah terhadap bisnis yang tidak menjadi amal, yang tidak menjadi nama baik, yang tidak menjadi ilmu, yang memutuskan silaturahmi, dan yang mengecewakan orang lain. Karena semua itu bukan keuntungan, tetapi bencana Wallahu a’lam Bishowab