yang dicari di blog ini

Rabu, 04 Juli 2012

SEPUTAR NISHFU SYA'BAN


Tidak terasa sekarang masuk pertengahan bulan Saban berarti beberapa saat lagi kita semua akan memasuki bulan Ramadhan yang penuh berkah, rahmat, serta pengampunan yaitu bulan dimana segala aktivitas kita bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. Subhanallah.

Kembali lagi pada bulan Saban dimana kita berada sekarang menurut beberapa teman banyak keutamaannya, terutama malam pertengahan bulan Saban atau yang populer disebut dengan Nisfu Saban apabila diisi dengan sederet kegiatan ibadah mulai dengan membaca surat Yasin 3 kali, dan lain-lain.

Tapi saya juga merasa tersekat hati ini karena ada juga yang bilang bahwa seluruh kegiatan ibadah pada Nisfu Saban adalah bid'ah, karena tiada keterangan shahihyang menjadi dasar kegiatan tersebut atau dengan kata lain tiada keterangan bahwa kegiatan ini dilaksanakan pada zaman Rasulullah SAW. dan masa salafus shalih.

Bingung jadinya.... apalagi kalau ingat dengan hadits Nabi SAW. sebagai berikut,

Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat. (HR. Abu Dawud, dan At-Tirmidzi; hadits hasan shahih)

Kemudian banyak pertanyaan yang muncul, seperti :

Apakah sebenarnya Nisfu Saban itu ?
Apakah benar pada malam itu disunatkan melakukan amalan/ibadah tertentu ?
Bagaimanakah hukumnya meyakini hal ini ?
Setelah saya mencoba blogwalking di dunia maya ini, akhirnya sampai pada situsUstadz Ahmad Sarwat, Lc. dan setelah dibaca-baca terdapat pencerahan yang menjawab keragu-raguan hati ini.

Berikut ini penjelasan dari Ustadz Ahmad Sarwat Lc. menjawab pertanyaan tersebut di atas:

Memang benar bahwa secara umum bulan Saban punya kekhususan tersendiri. Keterangan itu kita dapat dari hadits-hadits yang shahih, yang merupakan keterangan yang valid dari Rasulullah SAW. tentang keutamaan bulan Saban :

-          Amal Hamba Diangkat ke Langit. 

Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Saban merupakan bulan di mana amal shalih setiap hamba akan diangkat ke langit.

Salah satu dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW. berikut ini :
Dari Usamah bin Zaid berkata, saya bertanya, “Wahai Rasulullah saw, saya tidak melihat engkau puasa di suatu bulan lebih banyak melebihi bulan Saban.” Rasul SAW. bersabda, "Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa. (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Huzaimah)

-          Starting Point Persiapan Ramadhan. 

Di samping itu bulan Saban yang letaknya persis sebelum Ramadhanseolah menjadi starting point untuk menyambut kedatangan bulanRamadhan. Sehingga isyaratnya adalah kita perlu menyiapkan bekalibadah untuk menyambut bulan Ramadhan. Dalam hal mempersiapkan hati atau sisi ruhiyah, Rasulullah SAW. mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Saban,

Dari ‘Aisyah RA. berkata : Saya tidak melihat Rasulullah SAW.menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Saban. (HR Muslim)

Mengkritisi Kekuatan Riwayat Amaliah Nisfu Syaban

Sedangkan khusus tentang keutamaan malam pertengahan bulan, atau lebih dikenal dengan istilah Nisfu Saban, memang ada dalil yang mendasarinya. Namun para ulama berbeda pendapat tentang kekuatan derajat periwayatannya.

Sebagian kalangan menggunakan dalil-dalil lemah itu dengan alasan bahwa bila suatu hadits tidak terlalu parah kelemahannya, masih boleh digunakan landasan ibadah yang bersifat keutamaan. Sebagian lain agak ketat dalam menyeleksi dalil-dalil yang dianggap dhaif, sehingga semuanya dibuang begitu saja.

Di antara dalil-dalil yang dianggap lemah itu misalnya hadits berikut ini:

Sesungguhnya Allah SWT. bertajalli (menampakkan diri) pada malam Nisfu Saban kepada hamba-hamba-Nya serta mengabulkan doa mereka, kecuali sebagian ahli maksiat.

Memang kalau kita mau jujur dengan hasil penelitian para muhaddtis,riwayat hadits ini tidak mencapai derajat shahih. Ada sebagian kalangan yang menghasankan, tetapi tidak sedikit juga yang secara tegas mendhaifkannya.

Al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan bahwa tidak ada satu hadits shahih pun mengenai keutamaan malam Nisfu Saban.

Begitu juga Ibnu Katsir telah mendha’ifkan hadits yang menerangkan tentang bahwa pada malam Nisfu Saban itu, ajal manusia ditentukan dari bulan pada tahun itu hingga bulan Saban tahun depan.

Sedangkan amaliyah yang dilakukan secara khusus pada malam Nisfu Saban itu, sebagaimana yang sering dikerjakan oleh sebagian umat Islam dengan serangkaian ritual, kami tidak mendapatkan satu petunjuk pun yang memiliki dasar yang kuat.

Sebagaimana kita tahu, sebagian dari umat ini banyak yang mengkhususkan malam itu untuk membaca Surat Yasin, atau melakukan shalat sunnah dua raka’at dengan niat minta dipanjangkan umur, atau niat agar menjadi kaya dan seterusnya. Memang praktek seperti ini ada di banyak negeri, bukan hanya di Indonesia, tetapi di Mesir, Yaman dan negeri lainnya.

Bahkan mereka pun sering membaca lafaz doa khusus yang -entah bagaimana- telah tersebar di banyak negeri meski sama sekali bukan berasal dari hadits Rasulullah SAW.

Kritik terhadap Lafaz Doa Malam Nisfu Syaban

Sering kita dapati bahwa sebagian umat Islam memanjatkan doa khusus pada malam Nisfu Saban. Di dalam doa itu mereka meminta agar Allah SWT.menghapuskan taqdir yang buruk yang telah tertulis di lauhil mahfuz. Seperti doa berikut ini:

Ya Allah, jika Engkau mencatat aku di sisi-Mu dalam ummul kitab, sebagai orang yang celaka (sengsara), terhalang, terusir, atau sempit rizkiku, maka hapuskanlah Ya Allah dengan dengan karunia-Mu atas kesengsaraanku, keterhalanganku, keterusiranku dan kesempitan rizkiku. Dan tetapkanlah aku disisi-Mu di dalam ummul kitab sebagai orang yang bahagia, diberi rizki, dan diberi pertolongan kepada kebaikan seluruhnya. Karena sesungguhnya Engkau telah berfirman dan firman-Mu adalah benar, di dalam kitab-Mu yang Engkau turunkan melalui lisan Nabi-Mu yang Engkau utus: Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan, dan di sisi-Nya lah terdapat Ummul Kitab (lauhil Mahfuz).

Hal itu karena mereka berhujah bahwa Allah SWT. dengan kehendak-Nyabisa menghapus apa-apa yang pernah ditulisnya di lauhil mahfuz dan menggantinya dengan taqdir yang lain. Dasarnya adalah firman Allah SWT. :
يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِندَهُ أُمُّ الْكِتَابِ
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan, dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauhil Mahfuz). (QS. Ar-Ra’d : 39)

Oleh sebagian ulama, lafaz doa seperti itu dianggap bertentangan, karena apa-apa yang sudah tertulis di lauhil mahfuz tidak mungkin dihapus. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. :
Dari Ibnu Umar RA. bahwa Rasulullah SAW. bersabda, ”Allah SWT.menghapuskan apa yang dikehendaki-Nya dan menetapkan apa yang dikehendaki-Nya, kecuali kebahagiaan, kesengsaran dan kematian.”

Ibnu Abbas berkata, ”Allah SWT. menghapuskan apa yang dikehendaki-Nyadan menetapkan apa yang dikehendaki-Nya, kecuali penciptaan, perilaku,ajal, rizqi, kebahagiaan dan kesengsaran.”


Selain itu lafaz doa itu seolah-olah menggantungkan kepada Allah SWT.apakah ingin mengabulkan atau tidak. Padahal salah satu adab berdoa adalah harus ber’azam atau bertekad kuat untuk dikabulkan. Sedangkan penggunaan lafaz (bila Engkau kehendaki), seolah mengesankan tidak serius dalam meminta. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. :
Bila kamu meminta kepada Allah SWT. maka mantapkanlah permintaanmu itu.

Wallahu a`lam bishshawab.

sumber: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar